Republika/Thoudy Badai

Oleh Imas Damayanti,  Ali Yusuf

Ada 76,1 persen lebih jamaah risti dari sisa kuota haji tahun 2020.

Pemerintah Kerajaan Arab Saudi telah mencabut pembatasan usia jamaah haji, seiring dengan dimulainya persiapan perhelatan Haji 2023/1443 H. Pencabutan regulasi ini membuat mereka yang seharusnya berhaji pada 2022 kemudian tertunda akibat pandemi karena terhalang faktor usia, sudah bisa mengepak kopernya.

 

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) pun dituntut untuk menjaga keselamatan jamaah lansia di Tanah Suci. Terlebih, faktor lansia yang disebut berusia 65 tahun menjadi salah satu profil jamaah dengan risiko tinggi (risti) selain lansia komorbid (penyakit bawaan) dan jamaah dengan komorbid.

 

Kementerian Agama (Kemenag) mencatat, jamaah haji lanjut usia lebih banyak yang akan berangkat pada tahun ini. "Saat ini, jamaah dengan usia di atas 65 tahun jumlahnya lebih banyak dari biasanya," kata Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Hilman Latief kepada wartawan di Jakarta, belum lama ini.

 

Hilman menyampaikan alasan tertunda keberangkatan haji selama dua tahun menjadi penyebab jamaah lansia berangkat haji tahun ini. Selama dua tahun, Pemerintah Arab Saudi meniadakan haji internasional dan pada tahun ketiga membatasi usia maksimal 65 tahun.

Dok Republika

Hilman mengatakan, dari total antrean jamaah yang berangkat tahun ini, ada 62.879 jamaah yang masuk kalangan lansia. Jamaah ini perlu dipantau kesehatannya satu tahun sebelum keberangkatan ke Tanah Suci. “Ada banyak yang sebelumnya tertunda keberangkatan sehingga mereka berkumpul di tahun ini," ujar Hilman.

 

Seiring adanya kepastian kuota dari Arab Saudi, jamaah Indonesia sudah mulai melakukan persiapan dalam menyambut musim haji sehingga memenuhi syarat istithaah. Pemeriksaan kesehatan akan dilakukan bekerja sama sesuai dengan standar yang ditetapkan Kementerian Kesehatan. Dia pun menegaskan, tahun ini tidak ada pengetatan peraturan terkait pandemi Covid-19.

 

Meski demikian, Hilman menyarankan jamaah tetap berhati-hati dan mulai menyiapkan diri dengan baik. Dia menegaskan, Kemenag juga akan melihat dan menerapkan istithaah (kelayakan) jamaah dari segi kesehatan. "Selain menjaga kesehatan dan fisik tetap prima, juga seperti disampaikan Pak Menteri, jamaah haji harus mempersiapkan secara baik manasik hajinya," kata dia.

Selain menjaga kesehatan dan fisik tetap prima, juga seperti disampaikan Pak Menteri, jamaah haji harus mempersiapkan secara baik manasik hajinya.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Liliek Marhaendra Susilo mengatakan, Indonesia memberangkatkan jamaah haji dengan profil standar yang ditetapkan Pemerintah Saudi pada musim Haji 2022. Jamaah tersebut berasal dari antrean jamaah haji Indonesia pada 2020. Menurut Liliek, pihaknya sudah melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap mereka yang masuk antrean untuk keberangkatan pada 2020.

 

“Kami tahu dari jumlah 200 ribuan orang kemudian dikurangi yang berangkat, masih ada 92,224 orang yang profil kesehatannya sudah ada. Karena mereka sudah dilakukan pemeriksaan kesehatan,” kata Liliek saat dihubungi Republika, Selasa (10/1/2023).

 

Berdasarkan catatannya, dari jumlah 92,224 orang terdapat klasifikasi profil jamaah dengan risiko tinggi. Sebanyak 47,083 merupakan jamaah lansia, 31,456 orang merupakan jamaah dengan komorbid, dan 23,154 merupakan jamaah lansia komorbid. Jika ditotal, dia menegaskan, terdapat 70,237 orang merupakan jamaah risti. Artinya, menurut Liliek, ada 76,1 persen lebih jamaah risti dari sisa kuota haji tahun 2020.

Untuk jamaah haji antrean tahun 2021, Liliek mengaku belum melakukan pengecekan kesehatan. Alasannya, belum ada penetapan kuota haji serta  penetapan pasti mana-mana jamaah haji yang akan diberangkatkan. Dia menegaskan,  jika jamaah dalam antrean dilakukan pengecekan kesehatan tanpa jaminan kepastian keberangkatan akan banyak yang berkeberatan.

 

Apalagi, menurut dia, Kemenag belum merilis siapa saja jamaah dalam antrean yang diperbolehkan berangkat dan melunasi ONH-nya. Untuk itu pihaknya menegaskan, Kemenkes akan terus berkoordinasi dengan Kemenag dalam hal pengecekan serta pemantauan kesehatan jamaah.

 

Untuk mengantisipasi calon jamaah haji berisiko tinggi mengalami hal yang tidak diinginkan di Tanah Suci, Liliek menekankan pentingnya pola hidup sehat, memakan makanan yang bergizi, dan berolahraga ringan. Hal itu dilakukan agar tubuh tetap bugar. Dengan demikian, dia menjelaskan, pada saat undangan ke Tanah Suci datang, fisik mereka sudah siap.

Ada 92.224 orang yang profil kesehatannya sudah ada. Karena mereka sudah dilakukan pemeriksaan kesehatan.

Wakil Ketua Komisi 8 DPR RI, Marwan Dasopang menilai, pihaknya akan membentuk Panitia Kerja (Panja) Haji 2023. Pembentukan panja agar parlemen bisa fokus dalam mengawasi persiapan haji tahun ini. “Di satu sisi kita bahagia dengan adanya (pencabutan) pembatasan usia, di sisi lain kita juga harus wanti-wanti pemerintah soal kesehatan dan risiko tinggi ini,” kata Marwan.

 

Dia menekankan, banyak sekali hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga jamaah haji. Khususnya, pada puncak haji tanggal 9-11 Dzulhijjah yang menjadi waktu kritis terjadinya eskalasi  jumlah jamaah meninggal. “Kalau kita sudah berkomitmen, dipastikan mereka dirawat kesehatannya dari sekarang. Kita sudah mulai memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan keputusan haji dengan angka 221 ribu jamaah,” ujarnya.

 

Dia pun mengingatkan pemerintah bahwa penanganan terhadap calon jamaah Haji 2023 akan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Untuk itu, segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan haji, mulai dari kesehatan hingga komponen biaya akan dirumuskan di dalam panja DPR dengan panja yang dibentuk pemerintah.

top

Jaga Jamaah

Lansia